KEPUTUSAN
HASIL SIDANG DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Tanggal
: 15 Januari 1986
I. FIDYAH
HAJI BAGI YANG SAKIT
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ
للهِ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنْ الْهَدْيِ وَلاَ تَحْلِقُوا
رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا
أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ
فَإِذَا أَمِنتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا
اسْتَيْسَرَ مِنْ الْهَدْيِ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي
الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ …البقرة : 196
Dan
sempurnakanlah haji dan umrahmu karena Allah; tetapi kalau kamu terhalang
(dengan musuh), maka kirimlah kurban sedapatnya, dan janganlah kamu mencukur
kepalamu, sehingga kurban itu sampai ke tempatnya. Tetapi barang siapa
diantaramu sakit atau dikepalanya ada sesuatu yang menggangu (lalu ia mencukur
rambut), maka hendaklah ia membayar fidyah dengan puasa, atau shadaqah, atau
kurban. Maka apabila telah aman (dari gangguan musuh), lalu siapa yang
senang-senang dengan ibadah ‘umrah hingga waktu ibadah haji, maka hendaklah ia
membayar fidyah dengan kurban sedapatnya, tetapi barangsiapa tidak
mendapatkannya, maka hendaklah ia berpuasa tiga hari diwaktu haji dan tujuh
hari apabila kamu telah pulang; hal itu berjumlah sepuluh hari yang sempurna.
(al-Baqarah 2 : 196).
اَلاِحْصَارُ=اَلْمَنْعُ
قَالَ ابْنُ عُمَرَ
وَابْنُ الزُّبَيْرِ وَابْنُ عَبَّاسٍ وَالشَّافِعِيُّ وَأَهْلُ الْمَدِيْنَةِ
وَالمُرَادُ بِالآيَةِ حَصْرُ الْعَدُوِّ
لأَنَّ الآيَةَ نُزِلَتْ فِي سَنَةِ سِتٍّ فِي عُمْرَةِ اْلحُدَيْبِيَةِ
حِيْنَ صَدَّ المُشْرِكُونَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ مَكَّةَ. قَالَ ابْنُ عُمَرَ خَرَجْنَا
مَعَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَحَالَ كُفَّارُ قُرَيْشٍ دُونَ البَيْتِ
فَنَحَرَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم هَدْيَهُ وَحَلَقَ رَأْسَهُ وَدَلَّ عَلَى هذَا
قَوْلُهُ تَعَالَى" فَإِذَا أَمِنْتُمْ" وَلَمْ يَقُلْ
"بَرَأْتُمْ" وَاللهُ أَعْلَمُ – (القرطبى 373:2 , ابن جرير 124:2)
Ihshar
artinya terhalang
Telah
berkata Ibnu ‘Umar, Ibnu Zubair, Ibnu Abbas, as-Safi’I dan Ahlul Madinah, bahwa
yang dimaksud dengan ayat uhshirtum itu adalah terhalang musuh, karena
ayat tersebut diturunkan pada tahun ke enam dan ‘umrah Hudaibiyyah,
yang pada waktu itu orang-orang musyrik menghalangi Rasulullah saw. dari Mekkah.
Telah berkata Ibnu ‘Umar: ”saya pergi bersama Rasulullah Saw. kemudian
kafir-kafir Quraisy menghalangi di Baitullah, lalu Rasulullah saw. menyembelih
kurbannya dan lalu ia mencukur kepalanya. Dan (hal ini) menunjukan kepada arti
ini (terhalang oleh musuh), ialah firman
Allah fa idzaa amintum, tidak mempergunakan kata bara’tum.
(al-Qurtubi 1:373, Ibnu Jarir 2:124).
وَالْمُرَاُد
مِنَ الاِحْصَارِ هُنَا حَصْرُ العَدُوِّ وَعِنْدَ مَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ
رَحِمَهُمَا اللهُ تَعَالَى لِقَوْلِهِ تَعَالَى "فَإِذَا أَمِنْتُمْ"
فَإِنَّ الأَمْنَ فِى مُقْبِلِهِ الخَوْفُ لِنُزُولِهِ عَامَ الحُدَيْبِيَّةِ – الالوسي
80:2 -
فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ
أَىْ حَبَسَكُمْ عَدُوُّ عَنْ تَمَامِ الحَجِّ وَالعُمْرَةِ وَأَرَدْتُمُ
التَّحَلُّلَ – القاسمى384:3 -
Dan yang dimaksud dengan ihshar disini
ialah terhalang oleh musuh, dan menurut Malik demikian pula As-Syafi’I Ra,
karena firman Allah “fa idza amintum”, al-amnu lawannya al-khaufu,
karena turunnya ayat ini pada tahun Hudaibiyyah. (al-Aluusi 2 : 80).
Fa in uhshirtum
artinya telah menghalangi kepadamu musuh dari menyempurnakan haji dan ‘umrah,
sedangkan kamu bermaksud tahallul (al-Qasimi 3 :384)
سُئِلَ
مَالِكٌ عَمَّنْ أُحْصِرَ بِعَدُوٍّ وَحَلَّ بَيْنَهُ وَبَيْنَ البَيْتِ, فَقَالَ
يَحِلُّ مِنْ كُلِّ شَيْئٍ وَيَنْحَرُ هَدْيَهُ وَيَحْلِقُ رَأْسَهُ حَيْثُ
يُحْبَسُ وَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ إِلاَّ أَنْ يَكُونَ لَمْ يَحِجَّ قَطُّ
فَعَلَيْهِ أَنْ يَحِجَّ حِجَّةَ الإِسْلاَمِ. ابن جرير 125:2
Imam
Malik pernah ditanya dari hal orang yang terhalang oleh musuh dan ia
menghalangi antara dia dan Baitullah, lalu Imam Malik menjawab :“Tahalullah
dari terhalang, dan tidak wajib atasnya qadla, kecuali kalau ia sama sekali
belum melakukan ibadah haji, maka ia wajib melakukan haji sebagaimana yang
disyari’atkan oleh Islam”. (Ibnu Jarir 2 : 125).
قَالَ
مَالِكٌ وَالشَّافِعِيُّ مَنْ أُحْصِرَ بِعَدُوٍّ فَلاَ قَضَاءَ عَلَيْهِ
لِحَجِّهِ وَ عُمْرَتِهِ إِلاَّ أَنْ يَكُونَ لَمْ يَكُنْ حَجٌّ فَيَكُونُ
عَلَيْهِ الحَجُّ عَلَى حَسْبِ وُجُوبِهِ عَلَيْهِ وَكَذَلِكَ العُمْرَةُ عِنْدَ
مَنْ أَوْجَبَهَا .القرطبى 376:1 .
Imam
Malik dan As-Syafi’I berkata :”Barang siapa terhalang oleh musuh maka tidak
wajib qadla atasnya untuk haji dan ‘umrahnya, kecuali kalau ia belum melakukan
haji, maka wajib atasnya haji menurut kewajibannya dan demikian pula ‘umrahnya,
menurut orang yang mewajibkan ‘umrah”. (al-Qurtubi 1 : 376).
كَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِي الله عَنْهمَا
يَقُولُ أَلَيْسَ حَسْبُكُمْ سُنَّةَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنْ حُبِسَ
أَحَدُكُمْ عَنِ الْحَجِّ طَافَ بِالْبَيْتِ وَبِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ ثُمَّ
حَلَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى يَحُجَّ عَامًا قَابِلًا فَيُهْدِي أَوْ يَصُومُ
إِنْ لَمْ يَجِدْ هَدْيًا .البخارى 311:1 .
Ibnu
‘Umar Ra berkata: “Apakah tidak cukup bagimu Sunnah Rasulullah saw. bahwa
(apabila) seseorang dari padamu terhalang untuk melaksanakan ibadah haji, ia
thawaf di Baitullah, Sai di Shafa dan Marwah, kemudian ia tahallul dari segala
sesuatu, sehingga ia ibadah haji pada tahun depannya, tetapi ia harus kurban
atau puasa, jika ia tidak mendapatkan untuk hadyu ?” (HR. al-Bukhari 1 : 311)
لاَحَصْرَ إِلاَّحَصْرُ العَدُوِّ.
الشافعى فى المسند,النيل 67:5 .
Tiada
penghalang, kecuali penghalang musuh. (As-Syafi’I dalam musnad, Nailul Authar 5
: 67).
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ
بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ.
البقرة : 196
Maka
barangsiapa di antaramu sakit atau pada kepalanya ada sesuatu gangguan (lalu ia
bercukur), maka ia wajib fidyah dengan puasa, atau shadaqah, atau kurban.
(al-Baqarah 2 : 196).
عَنْ
عَبْدِاللهِ بْنِ مَعْقِلٍ قَالَ جَلَسْتُ إِلَى كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ رضي الله
عنه فَسَأَلْتُهُ عَنِ الْفِدْيَةِ فَقَالَ
نَزَلَتْ فِيَّ خَاصَّةً وَهِيَ لَكُمْ عَامَّةً حُمِلْتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَالْقَمْلُ
يَتَنَاثَرُ عَلَى وَجْهِي فَقَالَ مَا كُنْتُ أُرَى الْوَجَعَ بَلَغَ بِكَ مَا
أَرَى أَوْ مَا كُنْتُ أُرَى الْجَهْدَ بَلَغَ بِكَ مَا أَرَى تَجِدُ شَاةً
فَقُلْتُ لَا فَقَالَ فَصُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ أَوْ أَطْعِمْ سِتَّةَ مَسَاكِينَ
لِكُلِّ مِسْكِينٍ نِصْفَ صَاعٍ. البخارى 312:1 .
Dari
Abdullah bin Ma’qil ia berkata : “Saya pernah bertamu kepada Ka’ab bin ‘Ujrah
Ra, lalu saya bertanya kepadanya dari hal fidyah. Lalu ia menjawab : ‘Ayat itu
diturunkan dalam keadaan yang khusus, tetapi selanjutnya berlaku bagi umum”.
Saya pernah datang kepada Rasulullah saw, sedang kutu berkeliaran pada wajahku,
lalu Rasulullah saw. bersabda : “Aku belum pernah melihat penyakit seperti
penyakit yang dideritamu, atau belum pernah aku melihat kepayahanmu yang kena
seperti yang aku lihat”. Apakah engkau mempunyai kambing ? “Tidak”, jawabku.
“kalau begitu berpuasalah tiga hari atau memberi makan enam miskin, bagi
tiap-tiap miskin setengah sha’. (al-Bukhari 1 : 312).
.… هَذِهِ الْآيَةُ ( فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ
أَذًى مِنْ رَأْسِهِ ) إِلَى آخِرِهَا فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم صُمْ
ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ أَوْ تَصَدَّقْ بِفَرَقٍ بَيْنَ سِتَّةٍ أَوِ انْسُكْ بِمَا
تَيَسَّرَ.
……Ayat ini “Faman kaana minkum maridlan … dst.” Kemudian
Nabi bersabda : puasalah kamu tiga hari atau shadaqah yang dibagikan kepada
enam miskin atau qurban sedapatnya. (al-Bukhari 1 : 312).
عَنْ
عِكْرِمَةَ عَنِ الْحَجَّاجِ بْنِ عَمْرٍو عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَنْ
كُسِرَ أَوْ عَرِجَ فَقَدْ حَلَّ وَعَلَيْهِ حَجَّةٌ أُخْرَى وَسَأَلْتُ ابْنَ
عَبَّاسٍ وَأَبَا هُرَيْرَةَ فَقَالاَ صَدَقَ
Dari
Ikrimah, dari Hajjaj bin Amr, ia berkata : “Saya pernah mendengar Rasulullah
bersabda, ‘Barang siapa yang patah tulangnya atau pincang, maka boleh ia
tahallul, tetapi wajib atasnya (mengulangi hajinya pada waktu) yang lain.
Kemudian aku menceritakan (lagi) kepada Ibnu Abbas dan Abu Hurairah, mereka
menjawab: “Benar” (HR. al-Khamsah, Nailul Authar 5 : 66).
KESIMPULAN:
A. Pengertian
Uhshirtum
Menurut Ibnu
‘Umar, Ibnu Zubair, Ibnu Abbas, as-Syafi’I dan Ahlul Madinah, semuanya sepakat,
bahwa arti uhshirtum itu terhalang oleh musuh.
B. Yang
Terhalang Oleh Musuh
Berdasarkan
surat al-Baqarah : 196, bahwa orang yang terhalang untuk melaksanakan ibadah
haji, akibat ada gangguan musuh, sehingga ia tidak bisa melaksanakan/menyempurnakan
ibadah haji dan umrahnya, jika ia bermaksud tahallul, maka ia wajib menyembelih
kurban, dan pada tahun yang akan datang ibadah hajinya diulangi lagi, kalau
sama sekali belum haji.
C. Yang
Sakit atau Yang Sakit Kepala
Berdasarkan surat al-Baqarah : 196,
bahwa yang sakit, sehingga ia tidak dapat melaksanakan salah satu manasik haji,
maka ia wajib fidyah, dan kalau pelaksanaan hajinya diteruskan, maka sahlah
hajinya, tetapi apabila tidak diteruskan maka hajinya tidak sah. Dan jika ia
sakit kepala, karena banyak kutu atau pusing kepala, sehingga ia terpaksa harus
bercukur, maka ia wajib membayar fidyah.
Keterangan :
Fidyah
itu ada tiga macam:
1. Puasa
tiga hari
2. memberi
makan 6 orang miskin, tiap miskin setengah sha’
3. menyembelih
kurban sedapatnya.
Yang
tiga ini pilih salah satunya.